perang, atau gembira bersama teman-teman bermain tembak-tembakan dan kejar-kejaran, percayalah perang yang sesungguhnya merupakan suatu penderitaan. Sejarah manusia adalah sejarah peperangan, oleh karenanya Bapak harap tidak ada di antara anakku sekalian yang bercita-cita untuk memulai perang.
Sejarah manusia adalah sejarah peperangan. Dan peperangan hanya berisi penghilangan nyawa, pengusiran, pengungsian, ketakutan, kehilangan orang tercinta, amis darah, hilang harta benda, tangis anak yang kehilangan orang tua, kelaparan, doa dan ratap kepedihan, badan yang terluka, tubuh yang rusak, rubuhnya tempat tinggal, dsb. Itu hanya sebagian kecil yang dapat disebutkan. Akan ada jutaan kata lain yang datang jika kita perhatikan suatu perang dan semuanya tidak lepas dari penderitaan.
Sejarah bangsa dan negara kita sendiri penuh dengan cerita peperangan. Bagi kita, perang dan penjajahan mungkin hanya kata yang kita tahu artinya tanpa pernah mengalaminya. Tetapi bagi Nenek Moyang kita perang adalah sesuatu yang nyata yang dialami, dirasakan, dan dijalani. Merekalah yang merasakan betapa sakitnya tubuh yang robek terkena peluru. Merekalah yang merasakan perihnya luka segar yang mengalir darah. Mereka berangkat perang demi Kemerdekaan kita, dan mati untuk kemerdekaan kita. Kini kita yang merdeka, dalam seharipun belum tentu semenit ingat mereka.
Anak-anakku Siswa SDI Ummul Quro Bekasi yang tercinta!
Jutaan nenek moyang kita meninggal karena perang dan penjajahan. Perang Jawa yang berlangsung selama 5 tahun antara Pangeran Diponegoro dan Belanda mengakibatkan 20.000 pasukannya tewas. Belum lagi ditambah jumlah rakyat biasa sebanyak 250.000 orang yang juga tewas dalam peperangan tersebut. Bayangkan, itu baru 1 peperangan. Bagaimana kalau dijumlahkan dengan perang-perang yang lainnya. Apakah anakku sekalian pernah membaca cerita pembangunan jalan Daendels yang terbentang dari Anyer Banten hingga Panarukan Jawa Timur sepanjang 1.000 km? Pembangunan jalan tersebut berlangsung dalam 2 tahap. Tahap pertamanya saja membuat 1.100 Nenek Moyang kita menjadi pekerja paksa yang bekerja tanpa adanya rasa kemanusiaan. Itulah kejinya penjajahan. Mereka bekerja dengan beban yang sangat sangat berat. Mengangkut batu, menghancurkan cadas, menarik pedati. Mereka harus membangun jalan mulai dari dataran rendah pantai hingga harus mendaki mengikis bukit dan meratakan pegunungan. Sementara perlakuan yang mereka terima tidaklah sebanding.
Apakah anakku sekalian pernah merasakan perihnya kelaparan? Berpuasa 1 bulan bukanlah kelaparan meskipun mungkin kita menahan lapar. Itu adalah kondisi di atas lapar di mana lapar merupakan wabah, ketiadaan pangan karena hasil panen diambil baik oleh Penjajah Belanda maupun Raja-raja kita dahulu kala yang tidak berperasaan. Apakah anakku sekalian tahu, sebelum Belanda datang ke Nusantara negara tersebut dalam keadaan hampir bangkrut bahkan hampir bubar. Tetapi setelah menemukan Nusantara kekayaan mereka berlimpah, sedangkan Nusantara kita sendiri malah menderita.
Sekarang di mana-mana ada tempat yang menjual makanan. Di dekat rumah kita setidaknya ada 1 atau 2 warung. Hal yang dahulu adalah tidak ada. Syukurilah, itulah salah satu suasana kemerdekaan. Jika dulu Nenek Moyang kita tidak memperjuangkan kemerdekaan mungkin tidak akan seperti sekarang keadaan Negara Indonesia kita.
Sadarilah Anakku sekalian. Dalam darah kita mengalir darah orang-orang terdahulu. Yaitu darah nenek moyang kita, yang sebagiannya merasakan bagaimana terbelenggunya hidup dalam penjajahan. Hak hidup mereka dicabut. Mereka diperlakukan tidak lebih mulia dari suatu barang. Disiksa hingga tubuh melepuh dalam penderitaan, diacuhkan sebagai sesama manusia sehingga hak hidup dan harga diri menguap dalam ketiadaan. Sedangkan sebagiannya lagi merasakan bagaimana peluru berdesing di samping telinga, merasakan berjuang berhadap-hadapan dengan musuh yang lebih canggih persenjataanya. Dada mereka berdetak kencang dan aliran darah mengalir deras ketika bertarung melawan penjajah. Oleh karena itu ayo kita warisi hal tersebut. Resapi penderitaan nenek moyang kita, sehingga kita yang hidup sekarang ini tidak berfoya-foya. Resapi perjuangan nenek moyang kita sehingga kita tidak terlena di zaman sekarang yang tenang ini.
Mari kita syukuri kemerdekaan dan kedamaian yang ada sekarang ini. Kita syukuri, meskipun Indonesia terdiri dari ribuan suku bangsa dan bahasa tetapi tetap dapat hidup berdampingan dan saling menghargai. Itulah hasil kemerdekaan. Hidup tentaram, nyaman, aman. Meskipun berbeda warna kulit dan rupa tubuh, berbeda agama dan kepercayaan ternyata kita hidup dalam kedamaian. Di luar sana, konflik antar suku dapat membelah suatu negara jadi berkeping-keping. Seperti yang terjadi pada negara Yugoslavia hingga pecah dan suku-suku yang ada di negara tersebut membentuk negara sendiri berdasarkan nama sukunya; Serbia, Bosnia, dan Kroasia. Konflik agama telah membelah rakyat India menjadi India dan Pakistan. Di Myanmar muslim Rohingya dikejar para Budhist. Di Pakistan Muslim mengejar orang Hindu. Di Jerman dahulu, Ras Arya membantai Umat Yahudi. Bacalah sejarah negara Rwanda, salah satu negara di Benua Afrika,Suku Hutu dan Suku Tutsi yang secara fisik hampir tidak berbeda layaknya orang Afrika, tetapi mereka saling berkonflik hingga timbullah korban sebanya 800.000 orang hanya dalam waktu kurang lebih 1 tahun. Begitulah yang terjadi di banyak negara, antar suku dan antar agama saling menyerang dalam satu negara sehingga akhirnya negara tersebut pecah. Al Hamdulillah Indonesia adalah negara yang damai dan saling menghargai. Itulah yang membuat utuh negara kita dan menjadikan Kemerdekaan kita tetap terjaga.
Anak-anakku Siswa SDI Ummul Quro Bekasi yang tercinta!
Sadarilah Anakku. Kemerdekaan ini, Kedamaian ini adalah hasil perjuangan Nenek Moyang kita. Bukan suatu hal yang gratis. Kemerdekaan kita ini membutuhkan proses 300 tahun lebih. Dan nenek moyang kitalah yang mengusahakannya. Mereka telah mengorbankan darah dan nyawa mereka. Kini giliran kita yang harus berjuang menyumbangkan apa yang kita bisa. Anakku hanya perlu belajar, itu sudah cukup disebut perjuangan. Agar anakku sekalian tidak menjadi generasi yang tidak bermanfaat bagi bangsa dan negara. Belajarlah agar dapat bermanfaat bagi orang tua, agama, masyarakat, dan Negara kita.
Anak-anakku Siswa SDI Ummul Quro Bekasi yang tercinta!
Karena Kemerdekaan dan kedamaian yang ada sekarang ini adalah hasil perjuangan Nenek moyang kita, Marilah kita doakan mereka agar mereka masuk ke dalam golongan para syuhada yang mendapatkan tempat mulia di sisi Allah SWT. Amien.
Al Fatihah ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar